Perbedaan Qirâ’ât dalam Al-Qur’an Surat al-H̲ujurât Ayat 6 dan Implikasinya terhadap Pendidikan Literasi dalam Mencegah Hoaks
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Penelitian ini membahas perbedaan Qira’at (bacaan) dalam al-Qur’an, khususnya dalam Surah al-Hujurat ayat 6, dan implikasinya terhadap pendidikan literasi dalam mencegah hoaks. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi pustaka (library research). Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan Qira’at (bacaan) ayat-ayat al-Qur’an dapat dikategorikan ke dalam dua jenis: variasi dalam prinsip-prinsip dasar (qâ’idah ushûliyah) dan perbedaan dalam pengucapan huruf (farsy al-h̲uruf). Sebagai contoh, dalam Surah Al-H̲ujurât [49]:6, frasa "fa tabayyanû" (فَتَبَيَّنُوْا) juga dibaca sebagai "fa tatsabbatû" (فَتَثَبَّتُوا) oleh beberapa qari. Para ulama memperdebatkan apakah bacaan-bacaan ini menyiratkan makna yang berbeda atau memiliki makna yang sama. Beberapa ulama, seperti az-Zamakhsyarî, berpendapat bahwa istilah-istilah tersebut bersinonim, dengan fokus pada mencari kejelasan dan kepastian sebelum bertindak. Sebaliknya, pendukung perbedaan makna, seperti asy-Syaukânî dan Ibn ‘Âsyûr, menegaskan perbedaan nuansa dalam maksudnya: "tabayyun" menekankan pada proses mencari kejelasan, sementara "tatsabbut" menekankan pada verifikasi yang menyeluruh. Variasi ini tidak hanya memperkaya kajian al-Qur’an tetapi juga berkontribusi pada diskusi yang lebih luas tentang interpretasi dan penerapan, menggambarkan kedalaman dan adaptabilitas al-Qur’an dalam berbagai bacaan dan konteks. Multiplikasi interpretasi ini juga dapat mempengaruhi pendekatan pendidikan, terutama dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan literasi untuk melawan misinformasi dan hoaks. Dengan memahami dan menghargai perbedaan dalam bacaan ini, pendidik dapat mendorong pendekatan yang lebih bernuansa dan kritis terhadap informasi, yang sangat penting di era digital saat ini. Penelitian ini menyoroti pentingnya fleksibilitas kontekstual dan interpretatif dalam al-Qur’an, menunjukkan kedalamannya dan relevansinya dalam menangani isu-isu kontemporer.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
References
Alisyahbana, Takdir. (2019). Hoax Dalam Perspektif Islam. El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman 17 (02). 103–25.
At-Tûnisî, Muẖammad ath-Thâhir ibn Muẖammad ibn Muẖammad ath-Thâhir ibn ‘Âsyûr. (1984). at-Taẖrîr wa at-Tanwîr: Taẖrîr al-Ma’nâ as-Sadîd wa Tanwîr al-‘Aql al-Jadîd min Tafsîr al-Kitâb al-Majîd. Tunis: ad-Dâr at-Tûnisiyah li an-Nasyr.
Idris, Idnan A. (2018). Klarifikasi Al-Qur’an atas Berita Hoax. Jakarta: Kompas Gramedia.
Irianto, Putri Oviolanda, dan Febrianti, Lifia Yola. (2017). Pentingnya Penguasaan Literasi bagi Generasi Muda dalam Menghadapi MEA.” In Proceedings Education and Language International Conference, Jil. 1.
Mamik. (2015). Metodologi Kualitatif. Zifatama Publisher.
Mufti, Umam, dan Waharjani. (2019). Peran Lembaga Pendidikan dalam Memerangi Berita Hoax: Perspektif Al-Qur’an. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam 7 (02). 265–84.
Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shunhaji, Akhmad. (2020). Pendidikan Anti Hoaks Era 4.0 Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Studi Al-Qur’an 16. 37–54.
Widayati, Romlah. (2015). Implikasi Qirâ’ât Syâdzdzah Terhadap Istinbâth Hukum. Tangerang Selatan: Transpustaka.
Widayati, Sri. (2019). Menepis Hoax Melalui Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Sastra. Edukasi Lingua Sastra 17 (2). 46–55.